Tokoh Kritikus Seni Rupa juga Seorang Maestro Pelukis Indonesia
Tokoh Kritikus Seni Rupa juga Seorang Maestro Pelukis Indonesia adalah S. Soedjojono. Dalam wikipedia disebutkan biografi Sindoedarsono Soedjojono lahir tahun 1985. Beliau merupakan salah satu pelukis legendaris di Indonesia. Dengan diawali oleh Trisno Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah senimaan pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual bangsa Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono.
Namun ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia yang diekspresikan secara jujur apa adanya.
Sebagai seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa nasionalis. Djon sering mengecam Basoeki Abdoellah sebagai tidak nasionalistis karena hanya melukis keindahan Indonesia sekadar untuk memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini pun kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika Ciputra, pengusaha penyuka seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah, dan Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia menyebutkan bahwa sejak berusia empat tahun, Sudjojono diangkat menjadi anak asuh oleh seorang guru Hollandsch-Inlandsche School (HIS) bernama Yudhokusumo. HIS tempat dimana Djon kecil (panggilan Sudjojono) belajar, merupakan sekolah Belanda setingkat Sekolah Dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya. Sekolah ini diperuntukkan bagi bumiputera. Berkat kecerdasan serta bakat yang dimilikinya, maka pada tahun 1925 Yudhokusumo membawanya ke Batavia hingga menamatkan HIS. Berbagai peristiwa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ia alami dan turut aktif ambil bagian di dalamnya. Bersama dengan Agus Djaya, Abdulsalam, Rameli, dan beberapa pelukis yang bekerja untuk bidang reklame di percetakan, Sudjojono membidani lahirnya Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), dimana ia menjadi sekretaris sekaligus juru bicara. Sedangkan sebagai ketuanya diangkatlah Agus Djaja dengan anggota-anggotanya L. Setijoso, Rameli, Abdulsalam, S. Sudiardjo, saptarita Latif, H. Hutagalung, S, Tutur, Sindusisworo, T.B. Ateng Rusyan, Syuaib Sastradiwirja, Sukirno, dan Suromo. Wakidi di Padang dan Hendrodjasmoro di Yogyakarta juga merupakan anggota Persagi di luar Jakarta.
Sebuah semboyan ekstrim yang dimiliki oleh kelompok ini adalah: Teknik dalam melukis tidaklah penting. Yang penting isi jiwa ini tumpahkan di atas kanvas.Karena pengaruhnya yang begitu besar dalam dunia seni rupa, maka tidaklah berlebihan apabila kemudian S.Sudjojono disebut sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru.
gambar disalin dari bisnis.com |
0 Response to "Tokoh Kritikus Seni Rupa juga Seorang Maestro Pelukis Indonesia"
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, terus dukung kami, jangan lupa klik iklan sebagai tanda kunjungan. Mari saling menghargai.